Breaking News

Mental Health: Masih Perlukah Kita Perhatikan?

Oleh: Umi Syarifah

Ilustrasi oleh Nazarru Ulhaqi

T

ren peningkatan masalah mental health di kalangan remaja akhir-akhir ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga telah meningkat secara global. Sejumlah laporan dari WHO menunjukkan, secara global, satu dari tujuh anak usia 10-19 tahun mengalami gangguan mental, terhitung dari beban global penyakit pada kelompok usia ini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan The Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), yang menunjukan bahwa satu dari tiga remaja (34,9%), setara dengan 15,5 juta remaja Indonesia, memiliki satu masalah mental health dalam 12 bulan terakhir. Satu dari dua puluh remaja (5,5%), setara dengan 2,45 juta remaja Indonesia, memiliki satu gangguan mental dalam 12 bulan terakhir.

Mental health itu sendiri mencakup 3 hal penting, yaitu kenyamanan emosional, psikologi, dan hubungan sosial. Ketiga aspek tersebut dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan dan bertindak dalam keseharian mereka. Menurut penelitian, gangguan mental yang paling banyak diderita oleh remaja adalah gangguan cemas, gabungan antara fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh sebesar 3,7%. Posisi kedua ditempati oleh gangguan depresi mayor sebesar 1,0%, lalu gangguan perilaku sebesar 0,9%. Ada pula gangguan stress pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dengan perolehan masing-masing sebesar 0,5%. Proporsi itu cukup mengkhawatirkan mengingat hampir 20% dari total penduduk Indonesia berada dalam rentang usia 10-19 tahun.

Permasalahan – permasalahan seputar mental health yang selalu meningkat menunjukan bahwa, kesehatan mental semakin seing terjadi seiring dengan perkembangan zaman. Meskipun sulit untuk menghapus stigma tabu terkait isu ini di kalangan masyarakat, namun tak sedikit pula dari mereka yang berjuang untuk mencari jalan keluar dari rasa tak nyaman akibat gangguan mental health.

Lalu, bagaimana cara mengubah stigma yang sudah melekat di masyarakat?

Tentunya hal tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dengan mencoba mengubah mindset bahwa mental health adalah suatu hal yang penting dan bukan tabu. Selanjutnya dapat dilakukan dengan memberi pengertian dan penjelasan kepada orang-orang terdekat terkait hal tersebut. Selain itu, kampanye terkait mental health awareness yang sekarang pun sering dijumpai di berbagai platform media sosial, baik berupa poster, video kreatif, atupun edukasi dalam bentuk lainnya yang dapat menarik perhatian masyarakat. Penggunaan platform ini pun dapat menjangkau masyarakat luas sehingga diharapkan masyarakat dapat membuka mata terhadap pentingnya mental health.

Masalah mental health juga dapat diminimalisasi dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tidak melakukan self-diagnosed dan menyediakan layanan mental health yang bermutu dan terjangkau di Indonesia. Selain itu, perkembangan teknologi juga memiliki peran penting dalam pemerataan pelayanan kesehatan ini. Dengan meratanya tingkat pelayanan mental health maka akan tercipta generasi yang sehat mentalnya pada semua usia, terutama kepada generasi muda penerus bangsa.

Kesadaran akan pentingnya mental health di Indonesia harus terus ditingkatkan dengan berbagia inovasi yang ada. Sehingga hal ini dapat mengantarkan Indonesia mencapai generasi emas 2045 yang sehat jiwa dan jasmaninya supaya dapat membangun Indonesia yang lebih baik di masa depan.

 

Editor: Yohanes Rasultantino Nenta

0 Komentar

© Copyright 2022 - LPM basic FMIPA UB