Akhir-akhir
ini, salah satu perusahaan waralaba yang bernama Mixue ramai diperbincangkan di
media sosial dan menjadi bahan pemberitaan di berbagai media. Perbincangan yang
masif seputar Mixue tentunya tidak lepas dari ramainya pengunjung dan pembeli
di garai-garai Mixue yang telah tersebar di berbagai kota di Indonesia.
Mixue
pada awalnya didirikan oleh Zhang Hongchao yang berasal dari China. Kisah Mixue
dimulai ketika Zhang Hongchao masih kuliah pada tahun 1997. Pada tahun itu,
Zhang meminjam uang milik neneknya sebanyak 4000 yuan (sekitar 9 jutaan rupiah),
dan menggunakan uang tersebut untuk membangun dan memuliai bisnis es serut di
dalam kios sederhana di Zhengzhou, Henan. Namun, bisnis inipun bangkrut akibat
pengaruh musim, dimana produk es serut kurang diminati saat musim dingin tiba.
Meskipun demikian, Zhang tidak menyerah dan tetap berusaha untuk mencari ide
baru.
Pada
tahun 1999, Zhang memutuskan untuk membuka toko keduanya yang diberi nama Mixue
Bingcheng. Zhang kemudian terus berinovasi untuk mengembangkan bisnisnya,
terlebih khusus dalam menjaga kualitas dan harga dari produknya. Contohnya pada tahun 2006, harga es krim yang berbentuk obor di Beijing meningkat drastis
karena bersamaan dengan dekatnya penyelenggaraan Olimpiade Beijing 2008. Pada
titik inilah Zhang kemudian berinovasi, sehingga ia tetap menghasilkan produk
es krim yang berbentuk obor dengan harga yang sangat murah, sehingga produknya
diminati oleh banyak orang dan terus berkembang dengan pesat.
Mixue
selalu berkembang dengan pesat setiap tahunnya. Sampai Maret 2022, Mixue sudah
memiliki sekitar 20.000-an toko di seluruh dunia. Capaian ini kemudian mampu
menempatkan Mixue sebagai perusahaan es krim dan teh besar di China dan mampu
menjadi top five waralaba skala global. Di Indonesia, Mixue pertama kali
hadir di Bandung, tepatnya di Cihampelas Walk pada 2020 dan kemudian berkembang
secara masif ke berbagai daerah di Indonesia pada tahun 2021-2022. Sampai saat
ini, terdapat sekitar 300 garai Mixue di seluruh Indonesia.
Lalu, mengapa Mixue bisa berkembang dengan sangat cepat dan begitu masif? Pakar strategi pemasaran Universitas Airlangga (Unair), Prof. Sri Hartini menyebut ada empat komponen marketing yang diterapkan oleh Mixue dengan baik, yaitu price, product, place dan promotion. Menurut Hartini, kekuatan utama Mixue terletak pada harga produknya yang murah. Meskipun murah, menurutnya produk dari Mixue tetap berkualitas dan memiliki rasa yang tidak kalah dari perusahaan lain. Komponen yang juga berpengaruh adalah place. Menurut Hartini, Mixue berhasil mengandalkan kekuatan relationship atau kemitraan yang banyak, sehingga tidak selalu membutuhkan tempat yang mahal dan bagus (ra/yrn).
2 Komentar
Strategi bisnis yang cemerlang dan berhasil, keren
BalasHapusmenurutku mixue ini menunya punya rasa yang enak dan topping yang beragam serta yang paling penting ramah dikantong :)
BalasHapus