Breaking News

Sosiokultural Menjadi Penyebab Tidak Dibangun Jembatan Jawa – Bali

Oleh: Dewi Sulastri 

Pulau Dewata Bali merupakan pulau yang sangat popular di kalangan wisata domestik maupun mancanegara, bahkan pulau Bali lebih terkenal dari Indonesia. Banyak wisatawan mengenal Bali sebagai suatu negara bukan sebagai bagian dari Indonesia. Daya tarik Bali tidak hanya karena keindahan alamnya saja, tetapi juga karena budaya, bangunan, pakaian dan upacara adat yang menjadi kearifan lokal masyarakat Bali. Hal tersebut membuat takjub wisatawan asing dan merasa senang apabila menghabiskan waktu disana. 

            Pulau Jawa merupakan salah satu akses yang banyak dilalui wisatawan apabila ingin berkunjung ke Bali, yaitu melakukan penyebrangan menggunakan kapal Feri di Pelabuhan Ketapang untuk menuju ke Pelabuhan Gilimanuk. Jalur tersebut menjadi jalur penyebrangan yang strategis dan paling sibuk. Tidak hanya sebagai akses masuk wisatawan Bali, akan tetapi  juga sebagai jalur konektivitas untuk mendistribusikan bahan – bahan pokok. Jumlah kendaraan yang ingin menyebrang semakin meningkat beberapa tahun terakhir yang mana tidak sebanding dengan jumlah kapal yang tersedia. Sehingga, hal tersebut menimbulkan antrian panjang yang secara tidak langsung menghambat perekonomian.

        Pemerintah kabupaten Banyuwangi meminta agar segera dibangun jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali yang mana hal tersebut akan mempermudah akses antar kedua pulau. Usulan tersebut pertama kali digagas oleh Guru Besar Institut Teknologi Bandung pada tahun 1960 yaitu Profesor Sedyatmo yang mengusulkan pembangunan jembatan bernama Trinusa Bimasakti yang menghubungkan Pulau Sumatera, Pulau Jawa dan Pulau Bali agar lebih cepat dan aman. Usulan pembuatan Jembatan tersebut menuai penolakan dari Pemerintah Bali dan Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) karena beberapa alasan, yaitu:

  1. Menurut mitologi Bali, yaitu Dang Hyang Siddhimantra, Pulau Jawa dan Bali sengaja dipisahkan oleh laut agar menjadi filter hal – hal buruk yang berasal dari Pulau Bali. Sehingga pembangunan jembatan akan mempermudah hal – hal buruk masuk ke Pulau Bali.
  2. Pembangunan jembatan akan lebih tinggi dari daratan untuk menghindari ombak besar, menurut ajaran agama hindu posisi manusia tidak diperkenankan lebih tinggi dari tempat sembahyang dan menaruh sesajen (Padmasana). Sehingga pembangunan jembatan yang lebih tinggi akan merusak kesucian dari Padmasana.
  3. Pembangunan jembatan dapat mengakibatkan lonjakan pendatang untuk masuk ke Bali yang dapat menurunkan angka keamanan dan dapat menimbulkan peningkatan tingkat kejahatan di Bali.

Faktor – faktor tersebut merupakan alasan mengapa sampai saat ini tidak dibangun jembatan penghubung Pulau Jawa dan Pulau Bali. Walaupun pembangunan jembatan merupakan akses penting untuk menghubungkan kedua pulau, tetapi kita harus tetap menghargai sosiokultural yang ada terutama masyarakat sekitar yang terdampak secara langsung. Upaya untuk mempercepat perjalanan dari Jawa ke Bali dapat dilakukan dengan pembangunan jalan tol sebagai akses transportasi darat.

Editor: Regina Tiur Sitindaon

Referensi

Laksono, K.T.2022. Mengapa Jembatan Selat Bali Tidak Dibangun ? Ternyata Ini Alasannya. https://www.ayosurabaya.com/hot-news/pr-783758064/mengapa-jembatan-selat-bali-tidak-dibangun-ternyata-ini-alasannya. Diakses pada 3 Oktober 2022.

Zulfikar, A. 2022. Tuai Pro-Kontra, Ini Kontroversi Proyek Jembatan Selat Bali. Kenapa Tidak Dibangun?. https://www.99.co/blog/indonesia/kontroversi-proyek-jembatan-selat-bali/. Diakses pada 3 Oktober 2022.

0 Komentar

© Copyright 2022 - kabarbasic