Oleh: Yohanes
Rasultantino Nenta
DI SUDUT SEGALA RUANG
Di sudut segala ruang:
Tubuh ambruk di dalam dera dan deru indra
Jari-jari mengutak – atik teka-teki kenangan
Mata tertatih memeluk luka dan pasrah dalam-dalam
Basa-basi pun telah dicelup dalam cawan lupa
yang kalem dan kelam
Bahkan, jarak telah mengikhlaskan ikhlas di jalan
lepas
Dan bersama jutaan kunang yang hinggap di kening,
bingung mengisyaratkan segala keletihannya
hingga roboh di sudut segala ruang
yang paham dalam hampa.
KITA
Kita tak pernah benar-benar ada
Kita hanya sebatas hasrat yang
berusaha saling menjaga, supaya
tidak ada di antara kita yang
pergi tiba-tiba, hilang, lantas pura-pura
lupa
Hingga suatu saat
ketika kita tak tahu harus apa
kita berusaha untuk saling lepas
Aku kandas
Kau tandas
tanpa aba – aba.
SESUATU
Kita tak pernah benar-benar paham
perihal hatimu, hatinya, dan segala beda dalam hati
kita
Segalanya adalah bingung
Dan kita tak pantas menempatkan bingung di antara koma
Tak ada yang perlu dijeda
Kita hanya perlu menempatkannya dalam diam
Kau, dia, dan sesuatu di antara kita telah musnah
menyatu dalam cawan yang diberkati senyum
berlabuh di pelupuk mata yang kita doakan
melebur satu dalam beda
Ah, manusia!
JADWAL HUJAN
Senin rintik-rintik di hutan bambu
Selasa sampai Rabu titik-titik di
kenangan yang sudah dulu
Kamis teduh-teduh di Malang sini
Jumat gaduh di kotamu
Sebelum akhirnya,
petang, lalu terentang pelangi
Sabtu tumpah ruah di kepalaku,
menjelma puisi
mengeja namamu setiap malam Minggu
sebelum kulupa pula menjelang pagi
Minggu, tak ada jadwal hujan
Ia sibuk menyuburkan kangen kita
yang masih bingung menemukan jalan.
TUHAN TAK BERTUAN
Di pelupuk hari yang tak berujung,
kau kenang, aku angan
Dunia lupa, kau dan aku masih halu
Rupanya benar, kau dan tak berarah
Ada Tuhan yang sedang tak bertuan
Editor: Cika Rahmannia Febrianti
4 Komentar
puisinya bnr2 nyentuh bgt :(
BalasHapusyaampun jd sedih
BalasHapusyaampun jadi sedihh
BalasHapushua jadi sedihhh
BalasHapus