Rindu Terjauh
Oleh :
Shifwa Luqyaanaa
Situasinya pelik gadis itu hanya bisa terdiam tanpa bisa melakukan apapun, kedua orang tuanya hanya terbujur begitu saja di depan matanya tanpa bisa berbicara lagi dengannya, tak tau harus berbuat apa ingin menangis pun rasanya tak bisa, berteriak bisa saja tapi siapa yang akan dia teriaki? Baginya saat ini dunia benar-benar kelabu atau bahkan mungkin menghitam, merasa tidak adil dengan keadaan yang mungkin saat ini dia tidak bisa melewatinya sendiri.
“Annaa...” teriak orang dari dapur rumah itu.
“Apakah kau ingin tidur selamanya tidak akan bangun, hahh?” tambahnya sambil berteriak.
Dia terbangun dengan peluh yang lumayan banyak didahinya terlihat seperti orang lelah, begitu bangun dia langsung berlari menuju dapur memastikan suara yang didengarnya tadi benar-benar nyata dari ibunya.
“Huhh...” kesalnya sekaligus bahagia itu hanya mimpi.
“Kenapa apakah kau bermimpi buruk lagi?” tanya seorang yang duduk dekat jendela sambil menikmati secangkir kopinya.
“Iya ayah, seperti biasa entah kenapa akhir-akhir ini aku bermimpi hal yang sama setiap harinya ini sungguh melelahkan sekali,” jawabnya.
“Mungkin kau terlalu banyak membaca buku-buku cerita yang tidak jelas itu,” tambah ibunya yang sedang sibuk dengan pekerjaaannya sendiri.
“Hmm mungkin saja,” jawab Ana singkat.
“Hei sebentar apakah kau telah membersihkan kamar yang seperti kapal pecah itu?” tanya ibunya.
“Yaah ibu seperti tidak tahu saja, tentu belum aku bereskan pastinya,” dia menjawab ingin membuat ibunya kesal.
“Benar itu, ibu mu seperti tidak tahu saja sikap anak satu-satunya ini,” tambah ayahnya.
Percakapan keluarga kecil itu pagi ini tidak berujung disitu ibu malah tambah mengomeli putrinya dan ayah yang selalu membelahnya, seperti itulah setiap pagi dari rumah sederhana milik keluarga Anna.
“Apakah kau hari ini hanya dirumah saja Anna?” tanya ayah membuat ibu berhenti mengomel sebentar.
“Sepertinya tidak aku nanti akan keluar sebentar membeli untuk beberapa hal,” jawab Anna sambil berpikir apa yang harus dia beli.
“Mau ayah antar?” ayah menawarkan diri.
“Tidak perlu aku bisa pergi sendiri,” jawabnya lagi.
Percakapan singkat keluarga kecil itu pagi ini berakhir disini, Anna bergegas kembali ke kamarnya ingin bersiap untuk keluar nantinya, sementara ibu dan ayah masih tetap berada disana.
Setibanya di kamar Anna membuka jendela membiarkan udara pagi masuk ke kamar yang berantakan itu, sedetik dia menghirup udara dari jendela dia berbalik melihat sekeliling kamarnya, ibunya benar kamar dia benar-benar berantakan sekali.
“Haduhh aku tidak percaya kamar ini benar-benar berantakan, lihat buku itu siapa yang tidak meletakkannya dengan baik? Sampah kertas itu kenapa semuanya tergeletak begitu saja di lantai? Nah baju kotor itu, astaga apa-apaan semua ini kenapa bisa seberantakan ini? Hmm tentu saja semua ini salah aku,” kesalnya sendiri.
Baiklah pagi itu Anna memutuskan untuk membersihkan kamarnya, dia memulai dari hal kecil yang bisa dia kerjakan selang beberapa jam kamarnya pun bersih dan sangat rapi tidak ada penampakan kapal pecah lagi.
“huhh akhirnya, baiklah saatnya aku mandi dan bersiap,” Anna berbicara sembari melihat sekitar kamarnya.
Dia pun pergi untuk mandi dan bersiap setelah lelah membersihkan kamarnya, beberapa saat dia selesai telah mengenakan semuanya untuk keluar rumah, kemudian dia keluar kamar mencari ibu dan ayahnya karena ingin berpamitan, tapi dia tidak menemukan keduanya.
“Pakettt...” terdengar teriakan dari luar rumah.
“Hah paket? Perasaan aku tidak memesan apa-apa,” jawab Anna sendiri.
Anna berlari membukakan pintu dan melihat kurir memengangi paket yang lumayan besar berdiri di depan pintu rumahnya. Dia segera mengambil paket tersebut dan kembali kedalam rumah, disini tertulis paket atas namanya tanpa berpikir panjang Anna pun membuka paket tersebut.
“Paket siapa itu?” suara tersebut dari ibunya yang datang bersama dengan ayahnya.
“Hah, tidak tau,” jawab Anna sambil terkejut karena orang tuanya datang tiba-tiba.
Dia melanjutkan untuk membuka paket tersebut tidak lama paket tersebut terbuka, alangkah terkejutnya dia menemukan buku yasin yang berada dalam paket tersebut, dua bentuk buku yasin yang berbeda dengan dua foto orang yang berbeda juga, satu buku dengan sampul depan foto ibunya dan satunya lagi foto ayahnya.
Anna bingung apa yang sedang terjadi dilihat lah ibu dan ayahnya yang tadi datang menghampirinya keduanya berdiri tepat di depan Anna, dia terkejut dan menjatuhkan paket tersebut paket itu jatuh dan buku-buku yasin berserakan di lantai rumah itu.
“Ibu.. ayah?” Anna menyahutinya.
Orang yang berdiri di depannya tadi perlahan menghilang dengan senyuman manis dari keduanya meninggalkan gadis itu seorang diri.
Anna terjatuh diam di atas lantai rumah, beberapa saat dia tersadar mimpi yang dialaminya adalah kejadian nyata beberapa minggu yang lalu dan apa yang terjadi pagi ini hanyalah ilusi dari keinginannya karena kerinduan yang begitu sangat terhadap orang yang tidak bisa lagi dia temui di dunia ini.
Penyunting:
Dewi Sulastri
1 Komentar
sedih bgttt kehilangan orang tua :((((
BalasHapus