Breaking News

Aku, Jurnalis, dan Realita

     


    Dunia memuat sejarah, dunia memuat ruang, memuat waktu. Di mana sesuatu itu ‘ada’ dan ditunjukkan pada kesadaran, itulah eksistensinya. Dimana sesuatu itu bermakna, itulah esensinya. Sederhana sekali. Namun, bagi kebenaran, tidak ada waktu yang melampauinya. Ia ada dan tidak ada, berada di atas pengetahuan dan metafisika. Perlu diketahui bahwa salah satu esensi kebenaran itu untuk diketahui, dikenali, dipahami, dan dianuti. Pengetahuan atas kebenaran begitu penting. Di balik kesadaran manusia terhadap kehidupan dan dinamikanya, terdapat kebenaran-kebenaran relatif objektif-subjektif yang menyertai absolutisme kehidupan. Namun, apakah kebenaran yang ada itu baik? Dengan apakah kebenaran dapat diketahui secara personal? Sehingga dipahami dan diperlakukan dengan baik. Manusia mereduksi pengetahuannya sendiri atas sesuatu karena kebutuhan egoisme dan konspirasi massal yang ia ciptakan dari pikirannya. Dengan itu, banyak manusia yang menutup dirinya dari segala informasi. Sayangnya, banyak yang memanfaatkan hal ini, ketidaktahuan seseorang digunakan untuk merealisasikan egosentrismenya. Individu tidak dipandang lagi sebagai subjek, namun sebagai pohon yang hanya disapa riang oleh seorang anak kecil yang setelahnya pohon itu dibohongi dengan dewasanya anak kecil itu mengambil manfaat sambil menebang pohon tersebut untuk memenuhi kebutuhan pribadinya. Maka dari itu, pentinglah sebuah informasi yang baik diketahui oleh semua orang. Dengan informasi itu, manusia sekaligus memandang kehidupan pribadinya, namun juga mengatahui kebenaran-kebenaran yang ada di ujung sana, membuat mereka berpikir dan menyikapi informasi tersebut, entah dengan hanya tersenyum ataupun marah, berkritis ria, ataupun harus menangis berpasrah, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri mereka sembari terus hidup mengembangkan intelektualitas tak hanya definisi, tapi juga makna. Namun, perlu diketahui, di balik itu semua, ada seseorang yang selalu tergesa-gesa mewujudkannya, dengan berhati-hati, mereka menuliskan semuanya, dan membiarkan semua orang mengetahui informasi itu. Peristiwa penting dan mengesankan hingga kegabutan masyarakat, mereka berusaha ada untuk itu. Mereka adalah “jurnalis”.

Berasal dari kata “Acta Diurna”, yang diartikan sebagai catatan harian atau catatan publik harian. Acta Diurna awalnya berisi catatan proses dan keputusan hukum, lalu berkembang menjadi pengumuman kelahiran, perkawinan, hingga keputusan kerajaan atau senator dan acara pengadilan. Acta Diurna diyakini sebagai produk jurnalistik pertama sekaligus pers, media massa, atau surat kabar/koran pertama di dunia. Julius Caesar pun disebut sebagai “Bapak Pers Dunia”. Kata atau istilah jurnalistik pun berasal dari Acta Diurna itu. Orang yang menghimpun dan menulis informasi untuk dipublikasikan di Acta Diurna disebut jurnalis. Dari kata diurna muncul kata du jour (Prancis) yang berarti “hari” dan journal (Inggris) yang artinya laporan, lalu berkembang menjadi journalism atau journalistic. Dalam bahasa Inggris, journalist atau jurnalis artinya orang yang membuat atau menyampaikan laporan. Inti dari jurnalistik adalah seni menyampaikan informasi, entah berupa berita, surat kabar, majalah, situs web, dan bentuk informasi lainnya. Namun semakin berkembangnya teknologi dan kebudayaan, penyampaian informasi dalam jurnalistik tidak hanya berbentuk narasi dan surat, namun juga bisa dalam bentuk puisi, penayangan video, dan catatan pendek. Pengumpulan informasi dapat dilakukan dengan cara membentuk informasi ataupun berita yang disampaikan dapat disesuaikan dengan tema dan objek beritanya. Berita tersebut dinilai oleh orang lain entah baik buruknya ataupun indah tidaknya tergantung bagaimana berita tersebut dikemas dan disampaikan dengan baik. Oleh karenanya, seorang jurnalis disarankan dapat mengelola dan menampilkan suatu berita dengan sebaik dan semenarik perhatian mungkin dengan memperbaiki susunan kata agar dipahami masyarakat hingga mengimbuhkan kata-kata opinis di dalam berita tersebut.

        Perlu diketahui bahwa dunia informasi tidak sekejap mata melayangkan segalanya. Terdapat begitu banyak proses yang dilalui seorang jurnalis dalam usaha membawakan berita ataupun suatu informasi. Mengungkap kebenaran bukanlah hal yang mudah. Tak kadang, mereka harus melalui sejumlah jalan pahit. Kebenaran akan sesuatu menjadi kesimpulan lain apabila sudah memasuki ranah privasi ataupun rahasia seorang pribadi. Namun tak ayal, kebenaran yang kalanya dianggap privasi tersebut harus diketahui sejumlah orang yang pasalnya apabila tidak diinformasikan kepada publik, maka sesuatu yang buruk akan terjadi. Seperti halnya yang terjadi atas kejahatan tertutup. Tak jarang seorang jurnalis diintimidasi hingga diancam apabila diketahui menyebarkan atau menyampaikan kebenaran atas sebuah berita atau informasi. Dalam hal ini, adanya seorang jurnalis berperan penting dalam merealisasikan tugas tersebut.

 Editor: Izza Lailatul Kasanah

0 Komentar

© Copyright 2022 - LPM basic FMIPA UB