Dugaan pelecehan
muncul ketika pelaksanaan geladi kotor RAJA Brawijaya Online pada Kamis (17/9).
Hal tersebut ramai diperbincangkan di akun berkirim pesan anonim Twitter atau populer
dengan sebutan menfess. Banyak yang mengeluhkan cara beberapa panitia
dalam berinteraksi dengan mahasiswa baru yang dinilai kurang etis. Beberapa mahasiswa
baru merasa tidak nyaman dengan adanya pinning participants (menampilkan
wajah mahasiswa baru di meeting window) oleh operator Zoom untuk
berkenalan dan dijadikan sasaran untuk dikomentari.
“Kami dari
panitia menilai itu adalah kesalahpahaman, karena rencana awalnya dari kami
(panitia -red) dalam mengawasi maba itu dengan cara pin, semua orang di-pin
itu, nggak yang cantik doang, nggak yang ganteng doang, nggak yang kayak gimana-gimana,”
terang Daffa Anzunatama selaku Ketua Pelaksana RAJA Brawijaya Online 2020 pada
saat konferensi pers daring (19/9).
Daffa
mengungkapkan bahwa tidak ada sasaran
khusus bagi panitia untuk menampilkan mahasiswa baru di meeting window (pinning
participant’s video), mungkin secara tidak sengaja yang di-pin oleh
panitia saat itu adalah mahasiswa dengan paras baik, sehingga menimbulkan
reaksi dari mahasiswa lain di kolom komentar. Sebenarnya itu adalah skema
panitia untuk melakukan pengawasan, maka dari itu ketika mengetahui skema
pengawasan dengan cara ‘pinning’ tersebut membuat mahasiswa baru tidak
nyaman pada akhirnya panitia melakukan evaluasi dengan cara ditiadakannya skema
tersebut pada hari H pelaksanaan RAJA Brawijaya Online 2020.
Sementara itu,
untuk mahasiswa baru yang merasa mengalami pelecehan baik itu verbal maupun
non-verbal dapat menghubungi Unit Pemberdayaan Perempuan Progresif (P3 EM UB). Pelaporan
dapat melalui DM Instagram @pemberdayaanperempuanub, mengirim email ke alamat
pemberdayaanperempuanemub@gmail.com
atau menghubungi kontak yang tertera pada profil Instagram tersebut.
“Kita dampingi
kalau yang lapor korban, kita kasih psychologucal first aid dan rata-rata
korban yang lapor kan awalnya masih shock, takut, dan sebagainya, kita kasih
pengertian juga kalo rasa-rasa yang mereka alami itu valid dan itu bukan salah
mereka,” ungkap Karina, selaku narahubung P3 EM UB saat dihubungi tim basic via
daring pada Minggu (20/9).
Dari
laporan-laporan yang diterima, Karina menuturkan bahwa pihak P3 EM UB akan
mendata nama-nama terlapor yang berhasil dicari identitasnya, fakultasnya, dan sebagainya.
Selanjutnya akan diajukan surat laporan ke Wakil Rektor 3 untuk
ditindaklanjuti.
Penulis: Lolita A. Franelsa
Penyunting: Thorika Dwi Indah P.
0 Komentar