Breaking News

Debat Tertutup: Masalah Dana Warnai Bahasan Untuk Calon Anggota DPM

Santai – Debat tertutup calon anggota DPM dan calon presiden serta calon wakil presiden BEM FMIPA UB telah dilaksanakan di Ruang MP 2.3 dan MP 2.4 pada Rabu (22/11). (mrd)
LPM basic FMIPA UB – Debat tertutup calon anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) dan calon presiden serta calon wakil presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) telah dilaksanakan di Ruang MP 2.3 dan MP 2.4 pada Rabu (22/11). Debat tertutup merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan Pemilihan Umum Mahasiswa (PEMILWA) FMIPA UB. Debat tertutup tersebut dihadiri oleh perwakilan dari setiap Lembaga Kedaulatan Mahasiswa (LKM) FMIPA UB. Mekanisme debat tertutup diawali dengan penyampaian visi dan misi dari masing-masing calon, menjawab pertanyaan wajib dari setiap LKM yang diambil secara acak, menjawab pertanyaan dari audiens, dan closing statement.

Debat tertutup pada sesi pertama diisi oleh calon anggota DPM yang terdiri dari Nelly Sekar PDA calon nomor urut 1, Muhammad Rosyid calon nomor urut 2, Lia Agustin calon nomor urut 3, Sulastri calon nomor urut 4, Armita D Fairuz calon nomor urut 5, dan Danang Adiyoga calon nomor urut 6. Ketika pertanyaan dari audiens kepada calon anggota DPM dibuka oleh moderator dengan menyediakan 3 penanya dan masing-masing penanya diperbolehkan menunjuk kepada hanya 2 calon untuk menjawab pertanyaannya. Pertanyaan mengenai masalah dana cukup dibahas sedikit lama pada debat tertutup tersebut.

Pertanyaan datang dari Ryan Baghaskara, perwakilan Lembaga Otonomi Fakultas (LOF) Teater Bothak Campus (TBC) FMIPA UB, yang menanyakan pendapat calon anggota DPM nomor urut 1 dan 4 terkait pengelolaan keuangan dekanat untuk LKM di tahun ini dan fungsi apa yang ditawarkan jika di LKM di ujung kepengurusan itu habis.

Nelly Sekar PDA selaku calon anggota DPM nomor urut 1, menjawab pertanyaan dari Ryan, bahwa dalam mengelola keuangan akan diadakan rapat anggaran dengan menata skala prioritas dan jika dana di akhir tahun habis, maka akan melakukan mediasi dengan birokrat.

“Kita itu bisa menyusun hal yang paling utama, yang selalu saya lakukan dalam mengelola keuangan, yang pertama adalah rapat anggaran dengan penyusunan skala prioritas. Jadi, nanti kita semua akan kumpul, skema yang biasanya saya gunakan nanti divisi-divisi dalam kepanitiaan semua saya kumpulkan, semua kebutuhan saya kumpulkan, kita sama-sama buka dan kita susun, kita bagi menjadi empat, yaitu primer, sekunder, tersier, dan yang terakhir itu yang paling maksimal ketika ada surplus sehingga ketika misalkan yang turun adalah 4 juta. Kita lihat skala prioritinya dimana, dalam skala apa, dalam skala primer, sekunder, atau apa. Ketika misalkan bisa dimediasi untuk tetap stay pada skala primer dan masih dapat digunakan divisi lain, itu yang biasa saya lakukan. Ketika di akhir tahun kemudian uang itu habis, sama seperti yang saya alami sekarang, hal yang saya lakukan yang pertama adalah setiap saat melakukan mediasi terhadap birokrat di bagian kemahasiswaan dan keuangan, itu pasti ada uang, dengan mediasi pengalihan dana.” jelas Nelly hingga durasi waktu yang diberikan untuk menjawab pertanyaan dari audiens habis.

Sulastri selaku calon anggota DPM nomor urut 4 merasakan bahwa pendanaan di FMIPA kurang efektif. Kemudian, strategi yang digunakan oleh Sulastri, dalam mengelola keuangan hampir sama dengan Nelly, yaitu menyusun skala prioritas.

“Pendanaan di Fakultas MIPA ini sangat kurang efektif, karena pendanaan didanakan pada proposal yang ada dan itu pun full-nya tidak seberapa besar, sehingga menurut saya kurang efektif dan untuk mengatasi apabila ada dana yang kurang di akhir tahun yaitu dengan cara mengatur skala prioritas, mana yang akan didanai terlebih dahulu dan mana yang dikesampingkan terlebih dahulu.” tutur Sulastri.

Ryan membalas kepada kedua calon tersebut dengan menanyakan teknis pengaturan keuangan dan memberikan pernyataan bahwa tidak semua kepanitiaan belum terbentuk diawal tahun.

Nelly kembali menanggapi pertanyaan dari Ryan. “Yang saya tau sejauh ini, ada isu berkaitan dengan dana pagu. Nah, kemudian itu kita langsung dikasih plot, misalkan, 500 juta untuk kemahasiswaan LKM, nah disitu akan ada kebutuhan primer atau hal-hal yang penting seperti kartu id card yang digunakan secara keseluruhan.” ujar Nelly sekaligus akan menjelaskan lebih lanjut namun terpotong oleh durasi waktu.

Sulastri juga menanggapi pertanyaan dari Ryan. “Cara yang pertama adalah membatasi dana yang dibutuhkan pada LKM tersebut untuk mengatasi apabila pada kepanitiaan tersebut membutuhkan dana tersebut sehingga dana yang disisihkan itu dapat mem-backing pada kepanitiaan tersebut terbentuk dan membutuhkan dana.” singkat Sulastri.

Pertanyaan selanjutnya mengenai dana datang dari Yuga, perwakilan LOF basic, yang ditujukan kepada calon anggota DPM nomor urut 4 dan 5 dengan menanyakan tentang transparansi data, keuangan, dan transparansi lain sebagainya dalam ranah birokrasi.

Sulastri menjawab, “Transparansi dana dari pihak birokrasi itu dipaparkan pada saat lokakarya, menurut saya itu sudah sangat transparan.” ujar calon anggota DPM nomor urut 4 tersebut.

“Sosialisasi lembaga dengan memanfaatkan OA (Official Account-red) karena itu yang sejauh ini alat yang paling efektif. Tadi juga tentang transparasi data, dan dana, kita bekerjasama dengan pihak himpunan karena himpunan membawahi teman-teman jurusan jadi penyebarannya lebih luas.” ujar Armita D Fairuz calon anggota DPM nomor urut 5.

Yuga kembali membalas bahwa, dengan mempertanyakan pengawalan data yang krusial dan gawat, seperti data UKT (Uang Kuliah Tunggal-red) atau data tentang pembangunan di FMIPA, ditambah lagi mahasiswa FMIPA juga perlu tau terkait fasilitas dan hak-haknya mahasiswa.

Armita kembali menanggapi pertanyaan dari Yuga. “Untuk data yang krusial, saya akan mengupayakan di DPM kepengurusan nantinya dengan melakukan pendekatan ke pihak-pihak dekanat, kemudian akan dikawal, dan betul-betul disosialisasikan ke pihak-pihak lembaga.” tutup Armita.

“Untuk masalah data yang krusial atau tidak boleh dipaparkan. Saya akan mencari ke pihak birokrasi sampai menemukan titik terang, kemudian diinteraksi ke mahasiswa umum baik melalui ketua lembaganya maupun media sosial.” singkat Sulastri. (mrd/hzn)

Baca juga tulisan lainnya mengenai PEMILWA

0 Komentar

© Copyright 2022 - kabarbasic