Breaking News

ALAMI UNTUK ALAM

Doc : basic
Oleh : Yuga Gumilang PW

Siapa sangka kebutuhan ekonomi yang sangat meninggi mengakibatkan manusia bertindak secara irasional. Seakan-akan hanya mementingkan kebutuhannya sendiri, semua dilibas begitu saja. Organisme merupakan suatu individu yang hidup dalam suatu habitat yang disebut dengan lingkungan hidup. Manusia merupakan salah satu organisme bersel banyak yang selalu hidup dan bergantung pada lingkungannya. Namun, dalam perkembangan zaman setelah pecahnya revolusi industri di Inggris pada abad ke-19, manusia seolah-olah melupakan keberadaannya dalam lingkungan. Berdasarkan penemuan oleh Bernard Kettlewell ditemukan kupu-kupu Biston betularia sayap berwarna hitam yang awalnya berwarna putih cerah dan menandakan ada yang tidak beres dengan negara Inggris. Tidak hanya itu, banyak penemuan yang didasarkan atas keresahan manusia akan kerusakan lingkungannya. Seperti yang dilakukan oleh Magellan pada tahun 1987 yang melakukan penelitiannya mengenai dampak kerusakan air laut terhadap keberadaan organisme air. Penelitian ini kemudian menghasilkan suatu rumusan-rumusan yang hingga saat ini dikenal oleh ilmuwan-ilmuwan biologi untuk menentukan indikator kerusakan lingkungan. Dari kacamata ekonomi, sosial, dan budaya kerusakan lingkungan selalu berkorelasi negatif dengan perkembangan masyarakat. Hal itu dapat dibuktikan dengan semakin majunya era globalisasi, maka tiga indikator tersebut akan selalu saja dilibas olehnya.
 
Masa orde baru saat kepemimpinan Soeharto dicanangkan sebuah program yang dinamakan dengan Revolusi Hijau. Revolusi hijau adalah salah satu program dari REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Salah satu bentuk dari program ini adalah memaksa petani merubah sistem tanamnya menjadi sistem tanam anorganik untuk mempercepat proses swasembada pangan. Padahal yang selama ini diketahui, petani-petani Indonesia sebelum mengenal adanya Revolusi Hijau sangat bergantung dengan alam dan lingkungannya. Ketika program ini berlangsung, pemerintah memaksa petani merubah sistem penggunaan pupuk organik menjadi pupuk anorganik. Selama ini yang saya ketahui adalah, penggunaan sistem tanam anorganik mengakibatkan dampak yang sangat hebat terhadap tanah pertanian. Penggunaan pupuk anorganik yang selalu saja melebihi batas kewajarannya mengakibatkan menumpuknya zat-zat kimia pada tanah sehingga mengakibatkan kematian bakteri menguntungkan pada tanah. Pada salah satu penelitian yang dilakukan di Batu, penggunaan pupuk anorganik yang tidak sesuai takaran mengakibatkan degradasi populasi bakteri yang berfungsi sebagai penyubur tanah dikarenakan terakumulasinya zat kimia secara berlebih. Terbukti sudah, saat ini tanah pertanian di daerah Batu mengalami pengerasan. Tanah yang seharusnya mudah untuk dicangkul, sangat sulit untuk dicangkul dikarenakan kurang gemburnya tanah. Namun, seperti yang pernah dicantumkan oleh salah satu program kerja Walikota Batu terdahulu, Eddy Rumpoko, mengatakan bahwa saat ini pemerintah kota Batu sedang berusaha untuk memurnikan kembali tanah di Batu menggunakan pupuk organik. Padahal pada daerah Kepanjen dan Singosari yang hingga saat ini menggunakan sistem tanam organik, diperlukan waktu setidaknya dua hingga tiga tahun atau enam kali masa panen agar tanah menjadi normal kembali. Hal tersebut didasarkan atas pengakuan Bahrul Ulum, salah satu petani di daerah tersebut serta salah satu dosen lingkungan yang masih melanjutkan pengajarannya di Jurusan Biologi, Universitas Brawijaya. Selain itu, selama menunggu waktu enam kali masa panen, petani akan dirugikan secara materiil karena tanahnya yang masih beradaptasi menjadi tanah yang subur dengan pupuk organik.
 
Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan mengenai pentingnya keberadaan rantai makanan, penggunaan pupuk organik saja masih dirasa belum cukup. Pada daerah persawahan, banyak sekali ditemui organisme-organisme yang sangat berperan dalam proses penyuburan tanah dan tanaman. Contohnya, keberadaan tanaman padi sebagai produsen, wereng sebagai konsumen pertama, dan burung sebagai konsumen ketiga. Ketika penggunaan insektisida berlebihan pada saat hama wereng menyerang, maka populasi wereng akan menurun serta mengakibatkan produksi padi akan meningkat. Namun tidak dengan populasi burung yang semakin lama semakin habis dikarenakan menurunnya populasi wereng. Selain itu, pemanfaatan fungisida terhadap jamur dapat mematikan dan memperlambat proses pertumbuhan jamur yang sekaligus dapat mematikan telur wereng pada batang tanaman padi. Proses tersebut lebih dikenal dengan proses biologis.

“Sesuatu yang alami akan sangat mudah diamini oleh masyarakat dan alam, karena dirinya sudah merupakan bagian dari masyarakat tersebut.”

0 Komentar

© Copyright 2022 - kabarbasic