Jatuhnya 10 Dzulhijjah sebagai perayaan Idul Adha berada
pada posisi yang agak strategis, yaitu hari Kamis. Karena hari Sabtu dan Minggu
bukan merupakan hari aktif perkuliahan, beberapa mahasiswa memilih meliburkan
diri pada hari Jumat. Meski begitu, mayoritas mahasiswa tetap disibukkan dengan
berbagai kegiatan akademik maupun kemahasiswaan. Hal itu membuat mahasiswa
tidak bisa meninggalkan kota pendidikannya. Jarak kampung halaman yang jauh
juga menjadi alasan untuk tetap tinggal.
Di sela-sela kebahagiaan menyambut hari raya (juga kesedihan
karena tidak bisa merayakannya bersama keluarga inti), juga terdapat sedikit
kesulitan yang mewarnai tanggal merah pada 24 September ini. Kesulitan itu tak
lain terkait pemenuhan kebutuhan pangan. Dengan adanya momen hari raya ini,
hampir semua warung makan yang menjadi sasaran utama mahasiswa turut meliburkan
diri. Beberapa mahasiswa yang kebanyakan mengandalkan warung daripada
menyiapkan makanan sendiri mengaku telah berkeliling di perkampungan sekitar
kampus untuk mendapat sepiring sarapan. Kalaupun ada yang tersedia, sudah pasti
akan sangat ramai dengan serbuan para mahasiswa rantau. Alhasil, mereka harus
menemukan cara-cara lain agar tidak kelaparan. (al)
sumber gambar: kecubung
sumber gambar: kecubung
0 Komentar