Aktif: Seorang peserta menyuarakan pendapatnya |
Berbeda
dengan siswa, mahasiswa adalah lebih dari sekadar peserta didik di jenjang
Perguruan Tinggi. Mahasiswa memiliki
peran dan amanah yang lebih besar, yaitu sebagai kontrol sosial (social control), agen perubahan (agent of change), gerakan moral (moral
force), serta generasi pengganti (iron stock). Untuk menanamkan peran-peran tersebut, Kementerian Kebijakan
Publik Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya (FMIPA UB) menyelenggarakan Sekolah Kemahasiswaan (SKEMA) pada 15 dan 16
November 2014. Acara yang mengusung tema
“Mencetak Generasi Pemimpin Kebanggaan Indonesia” ini diikuti oleh 60
mahasiswa baru FMIPA UB.
Selain
menanamkan empat peran mahasiswa, Sekolah Kemahasiswaan juga bertujuan untuk
mencetak karakter pemimpin masa depan. Melalui Sekolah Kemahasiswaan, mahasiswa
diharapkan mampu lebih peka terhadap lingkungan sosial, mengingat basis
mahasiswa Ilmu Pengetahuan Alam yang cenderung banyak berorientasi pada akademik dan kegiatan keilmiahan.
“Saya
ingin memahami lebih dalam tentang peran saya sebagai mahasiswa, sekaligus
bagaimana cara menerapkannya.” ungkap seorang peserta pada saat registrasi.
Acara
yang digelar di Gedung MIPA Universitas Brawijaya ini menghadirkan empat pemateri,
antara lain Dalu Nuzlul Kirom, S.T
(Presiden Keluarga Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November), Win
Ariga, S.Pi (Menteri Kebijakan Publik Eksekutif Mahasiswa UB 2011), Nur Rahmad
Khoririjal (Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa “Tegaz” 2011-2012), serta Annisa
Sekar Kasih (Dewan Perwakilan Mahasiswa UB 2013). Keempat pemateri tersebut
merupakan sosok-sosok yang patut dijadikan cerminan bagi mahasiswa untuk
menjadi pemimpin berkarakter tanpa meninggalkan identitas mereka sebagai saintis.
Dalam
materinya, Khoririjal memberi wejangan, “Seorang pemimpin ideal mampu belajar,
mampu mengajari, dan mampu diajari.”
Dalam
selang waktu yang cukup singkat, para pemateri tak hanya berhasil membagi ilmu
dan pengalaman, melainkan juga membakar semangat dan menyentuh kepedulian
peserta. Semangat ini pun dilontarkan pada sesi debat yang menyuarakan
pemikiran-pemikiran kritis peserta sebagai agen perubahan. Bahkan setelah acara
berakhir, para mahasiswa baru ini mulai berusaha memperhatikan setiap detail
yang terpampang di kehidupan sekitar mereka. (al)
0 Komentar