Sumber Gambar |
Rio
men-scroll mouse komputernya sambil
membaca slide power point buatan
dosen Metode Pengukuran Fisika-nya. Ia berdecak
kesal lalu kembali men-scroll mousenya
ke slide paling atas. Dipelototinya kotak-kotak slide yang berbaris rapi di komputernya
itu. Kata-kata transducer, Ayrton Shunt,
d’Arsonval meter berputar-putar di atas kepalanya diikuti dengan ikan
maskoki yang menari di belakang kata-kata itu.
“Alternating
Current, atau AC, disebut juga arus bolak-balik, dibagi 2 rangkaian, Half Wave Rectifier…, Full Wave Rectifier…,
sedangkan DC…, arus searah..,” mulut Rio berkomat-kamit menghapal kalimat yang
ada di salah satu slide. Ia diam beberapa detik sambil membaca dalam hati slide
keempat lalu kembali menggumam dan berkomat-kamit. Namun lama-lama ia merasa
bosan. Sudah 2 jam ia duduk di depan komputer, sudah puluhan kali men-scroll mousenya bolak-balik dari slide 1
ke slide 47 dan ia baru bisa menghapal 5 slide! Ia menyandarkan punggungnya di
kursi dan menggeram,”Arrrghh!!! Kalau begini caranya mana bisa ikut ujian besok!” keluhnya. Ia berdecak kesal
lalu membelakangi komputernya. Tidak sengaja ia melihat radio di sebelah tempat
tidur yang seolah-olah memandanginya dengan muka polos berharap Rio akan
menghidupkannya. Rio mengalah. Lebih baik
mendengarkan musik sebentar baru melanjutkan belajar, pikir Rio. Ia menekan
tombol power dan seketika suara
berisik ala radio terdengar. Ia mencari-cari siaran radio yang bagus dan
terhenti di saluran 35.09 FM.
“AC DC, ahaa, ehee…” terdengar
lantunan suara S9B yang sedang menyanyikan lagu debut andalan mereka, AC DC.
Rio menggeram.
“Sial! Kalian mau menyindirku dengan
lagu nggak jelas itu, heh?” Rio menunjuk-nunjuk radio lalu langsung
mematikannya. Ia kembali menyandar di kursi komputernya.
“Heran! Kayaknya semua personil S9B
itu kuliah di jurusan Instrumentasi. Lagu pun mereka menggunakan konsep listrik
AC DC. Kenapa nggak sekalian saja diliriknya dimasukkan cara mengukur tegangan
dan arus pada osiloskop!” gerutu Rio. Sekarang ia kembali memposisikan badannya
sejajar komputer. Ia kembali memandangi slide-slide yang hanya bisa diam
terpaku karena dipelototi Rio. Rio
mendesah. Besok pukul 08.00 dia ada ujian Metode Pengukuran Fisika. Tapi sampai
jam 10 malam ia baru bisa menghapal definisi pengukuran AC dan DC saja. Padahal
yang harus dipelajari masih ada 3 topik lagi selain AC dan DC.
Dari dulu Rio memang paling tidak
suka mata kuliah MPF. Dia berpikir, untuk apa jurusan geofisika mempelajari
pengukuran dan listrik. Kalau alat geofisika rusak, ya minta anak instrumentasi
saja yang membenarkan. Ini namanya perampasan pekerjaan! Jika semua anak
geofisika bisa memperbaiki sendiri alat-alat geofisika, lalu buat apa ada
jurusan yang disebut instrumentasi itu di kampus ini? Begitu pikir Rio.
Lagi pula, selain itu yang membuat
Rio tidak suka mata kuliah yang satu ini, karena dosennya juga menurut dia
nggak asyik. Dosen hanya datang, membuka laptop, memamerkan slide materi dan
mengoceh sendirian tanpa peduli mahasiswanya mengerti atau tidak. Tangannya
yang ia putar-putar saat menjelaskan materi malah membuat beberapa mahasiswa
termasuk Rio tidur berjama’ah di kelas. Apalagi dia seorang yang sulit memberi
nilai. Karena itulah mungkin banyak mahasiswanya yang mengulang atau pun malah
menyerah dan pindah di jurusan lain di akhir-akhir semester 2.
Rio berpikir keras bagaimana caranya
agar ia bisa mengerjakan ujian besok. Sebenarnya dosennya bilang bahwa pelajari
saja apa yang sudah dia berikan untuk mahasiswa dan apa yang sudah mahasiswa
berikan padanya. Tapi tetap saja Rio tidak mengerti maksud dari dosennya
tersebut. Tiba-tiba muncul pikiran kotor di benaknya.
“Kenapa tidak melihat catatan kecil
saja?” kata Rio pelan. Dan saat itu muncullah makhluk putih bernama malaikat di
atas kanan kepalanya.
“Jangan Rio, itu tidak baik…” kata
sang malaikat lembut.
“Benar, itu kan tidak baik,” ucap
Rio seolah mendengar suara sang malaikat. Tepat saat itu juga, muncullah
makhluk merah yang bernama jin di kepala sebelah kirinya.
“Udah, Yo! Ngepe aja lah! Kamu kan
mahir dalam hal seperti itu!” kata jin dengan mata nafsu.
“Tidak boleh Rio! Itu dosa!” sanggah
sang malaikat.
“Hallaaah, entar kan bisa tobat!”
sahut jin.
“Jangan dengarkan kata-katanya Rio!
Kamu harus jadi mahasiswa yang jujur. Mau dibawa ke mana bangsa kita jika kamu
terus menunda-nunda berbuat jujur?” cegah sang malaikat.
“Emang Armada, terus menunda-nunda!
Udahlah Rio, ngepe aja yang paling gampang!” bujukan jin makin menjadi-jadi.
“Rio, aku tahu otak kamu pas-pasan,
wajah kamu juga jelek. Tapi kamu nggak boleh berbuat curang! Kamu harus
mengerjakan ujian dengan jujur! “
Rio mendecit kesal. Malaikat kok
malah mengejek seperti ini sih! Wajahnya
kan cuma banyak jerawat saja, tapi enggak terlalu jelek-jelek sekali. Standar
sajalah, pikir Rio. Akhirnya Rio beranjak dari kursinya dan mengambil kertas
ukuran A4 dan meletakkannya di printer. Ia mencetak seluruh slide MPF di
komputernya dalam ukuran kecil namun masih bisa dilihat dengan mata telanjang.
Sang jin tertawa terkekeh-kekeh melihat ia berhasil membujuk Rio berbuat curang
lalu memelet-meletkan lidahnya ke arah malaikat yang sekarang memasang wajah
kesal ke arah jin.
Setelah semua slide diprint, Rio
menggunting semua slide tersebut dan menyatukannya dengan klip sedang. Ia
mengambil kotak pensilnya dari laci meja dan mengisi kotak tersebut dengan 5
buah pena, 2 pensil, 1 Correction pen, 1 penghapus dan satu flashdisk membuat
kotak tersebut menggembung karena over dosis akan alat-alat tulis. Di sela-sela
pena dan pensil, Rio menyelipkan kumpulan slide yang ia gunting tadi. Kini ia
tersenyum. Besok akan sempurna,
pikirnya. Ia meregangkan tubuhnya sejenak lalu mematikan komputernya. Ia
beranjak dari tempatnya sekarang dan menuju tempat tidur. Jangan tanya apa pun
lagi karena beberapa menit kemudian ia sudah bermimpi hasil ujiannya
mendapatkan nilai yang bagus.
Besoknya Rio datang setengah jam
sebelum ujian dimulai. Seluruh teman-temannya sedang memegang kertas atau buku
dan menghapal materi, sedangkan Rio hanya duduk-duduk, mengganggu Ratih yang
sebenarnya sedang serius mempelajari materi, lalu membuka akun Fbnya dan
membuat status,”Semangat teman-temaaaaan…” dengan tulisan-tulisan Alay dan
semacamnya.
Lima menit sebelum ujian dimulai,
Rio mengingat-ingat kembali materi yang tadi malam sudah ia siapkan di
catatannya.
“Osilator, sip. AC DC, oke.
Osiloskop, cara menggunakannya, prinsip kerjanya, sudah. Oke dah! Tinggal
bagaimana caranya melihat saat pengawas sedang lengah!” pikir Rio dalam hati
sambil tersenyum sendiri. Tepat saat itu kertas soal dibagikan. Dan kini ia
hanya bisa terdiam. Soalnya hanya satu dan itu tertulis di selembar kertas
ukuran A4. Bukan masalah kertas atau soalnya yang cuma satu yang jadi masalah sekarang. Tapi
karena isi pertanyaan yang ada di soal itu.
“Sebutkan aplikasi Transduser dan
Sensor dalam kehidupan sehari-hari” Tanda seru dan tidak ada titik, minimal dan
maksimal. Rio baru ingat soal ini adalah tugas MPF yang baru saja 2 hari lalu
ia kumpulkan. Ini sama sekali diluar dugaannya. Jadi yang dosennya maksud
tentang apa yang telah mahasiswa berikan padanya adalah tugas-tugas dari dosen
yang telah ia kumpulkan? Perut Rio mulas. Semua slide yang ada di kotak
pensilnya sama sekali tidak ada yang menjelaskan tentang aplikasi sensor dalam
kehidupan sehari-hari. Ia mendesah. Muncul penyesalan dari dirinya. Seandainya
dia mendengarkan dosennya bicara dan mengerti maksudnya, ia pasti tidak perlu
sesusah ini.
“Jadi bagaimana Rio?” tiba-tiba sang
malaikat sudah muncul di kepalanya.
“Yah…, mau bagaimana lagi, terpaksa
mengerjakan sendiri” desahnya pada diri sendiri lalu mengambil lembar jawaban
dari tangan pengawas dan mulai menulis.
0 Komentar